Aku pergi.
Kemudian aku berlari, meninggalkan jejak dalam sunyi.
Langkahku mungkin tak besar, namun cukup untuk membawaku keluar. Sudah lama aku
ingin berlari. Penat rasanya disini. Semua menghimpit membuat sempit, terasa
seperti mandi air dingin di puncak gunung. Kakiku terus melangkah tanpa tahu
arah. Tak ingin lagi aku melihat ke belakang, rasanya ingin kubuat hilang.
Semua kenangan yang telah berlalu, seperti tinta tumpah di
atas baju. Tak dapat lagi air menghilangkannya. Semua sudah melekat, terikat
dengan erat.
Tinggalkan aku sendiri, biarkan aku berlari. Aku ingin sepi,
aku butuh sunyi. Kerinduanku tak dapat tergapai lagi pada asa yang telah terurai.
Pergi…biarkan aku pergi.
Lalu aku terbangun lagi dari mimpi. Mimpi yang sudah lama
hidup, bahkan lebih hidup dari diriku sendiri. Semua yang terasa seperti mimpi,
pada kenyataannya adalah kenyataan. Semua yang kuinginkan dalam mimpi, pada
aslinya hanyalah mimpi belaka. Tinggalah aku sendiri, terjebak dalam angan yang
terbang. Menatap semua melayang, sambil menjulurkan tangan namun tak sampai.
Hidupku hanya debu diantara serpihan abu. Dimulai dengan
arang yang tak bertulang, kemudian aku terbang tanpa tuan. Seperti daun
dandelion yang melayang. Tak ada yang menggapaiku, maupun aku gapai. Aku hidup
dalam sunyi, melayang tanpa arah, mengikuti hembusan angin sampai aku tak sampai
lagi bersamanya.
Jangan kejar aku, atau menggapaiku. Biarkan aku hidup dalam
mimpiku. Menjalin cinta bersama hampa. Dalam kesendirian yang tak berruang.
No comments:
Post a Comment