Andai saat itu ketika kamu tersenyum, dapat kusimpan untuk diriku sendiri tanpa kubagi dengan yang lain. Namun dunia bukan milikku, bahkan bukan milik kita. Hatiku pun terlalu egois untuk membaginya dengan otakku. Seolah senyummu hanya dapat kurasa, bukan kuingat.
Bila dapat kuputar waktu, mungkin akan tetap kubiarkan berlalu. Karena kebodohanku membuatku ingin tahu apalagi yang dapat kurasakan darimu.
Cantik, bukan itu definisiku. Aku bagaikan duri dalam bunga, biji dalam buah. Berguna tapi tidak diharapkan. Apa kamu bahkan ingat wajahku?
Dusta yang selalu kuumbar saat berada di dekatmu: seolah tidak peduli dengan keberadaanmu. Seolah tidak sadar dengan keabsenan kamu. Semua itu dusta! Aku bahkan sadar saat jam tanganmu tidak ada.
Entah untuk berapa lama semua itu kupendam. Diriku sendiripun bertanya-tanya, bagaimana bisa menahan rasa selama itu? Bagaimana bisa berdiri walaupun tahu nantinya akan pergi?
Film-film romantis yang kutonton semua membuatku muak. Tidak ada kisah dongeng dalam dunia nyata.
Gelisahku saat tahu kamu mendekati temanku, masih terbayang jelas dalam pikiranku. Bahkan aku masih bisa merasakannya. Dari semuanya yang kamu dekati, aku sama sekali tidak masuk daftarmu?
Haha. Hilangkan saja aku dari dunia.
Ingin rasanya kukeluarkan semua perasaan ini, dan kulemparkan ke wajahmu sampai kau terjengkang ke belakang. Biar kamu tahu bagaimana sakitnya.
Jatuh hati. Sekarang aku tahu mengapa dikatakan demikian. Hatimu terjatuh di hati seseorang, namun dia tidak memberikan hatinya sebagai balasan. Kemudian hatimu terluka. Jatuh membuatmu terluka.
Kasihan.
Lama sekali kupulihkan luka ini. Bahkan sekarang pun aku tak tahu bagaimana kondisi lukaku ini. Entah masih basah atau sudah kering.
Matakupun sudah lelah mengeluarkan air yang membuatnya bengkak. Ada kalanya aku merasa seperti keran air.
Nanti pasti aku bisa...lepas dari semua ini.
Orang bilang cinta itu indah, seolah mereka lupa ini dunia nyata.
Pertama-tama, aku harus menyeimbangkan pikiran dan perasaanku. Agar tidak ada lagi diantara keduanya yang terluka.
Quotes tentang cinta kutelan bulat-bulat hingga membuatku muntah air mata. Sedikit menyadarkanku bahwa aku hidup dalam realita.
Renungkan aku sekali saja dalam pikiranmu? Tentu saja tidak.
Sudah, sudah, sudah. Sudahi semua ini, kataku pada diriku.
Terlanjur memang, tapi mau bagaimana lagi? Mulai sekarang, aku harus lebih mengedepankan logika.
Untuk apa mencintai bila tidak dicintai?
Virtual: (secara) nyata (adjektiva). ; bukan aku dan kamu.
Waktu akan terus berlalu, perlahan akan kurelakan wajahmu.
X. Aku bagimu seperti x dalam alfabet Bahasa Indonesia. Ada, tapi tak ada.
Yang....mungkin tidak akan pernah kudengar darimu.
Zat. Kita ini adalah zat-zat. Dua insan yang berbeda, namun dari zat yang sama. Namun sekaranglah aku harus sadar, bahwa tidak peduli seberapa dekatnya kita, kita memang tidak untuk bersama. Aku adalah aku, yang akan selalu melihat kamu sebagai kamu.
No comments:
Post a Comment