tak seharusnya kita tertawa, menari-nari, bersama kegelisahan orang lain.
tidak kah kau sadari, bahwa kita memang salah?
naif, munafik, biar dia sebut semua.
lagi-lagi, maafkan aku karena tidak mendengarkan suara dari kepalamu.
kepalamu, atau hatimu, aku tak tahu, tak dapat membedakan juga.
segala jerih payah yang aku bangun, anehnya dengan ini, semakin ingin ku pertahankan.
semakin aku sadar bahwa aku benar.
egoiskah untuk berkata demikian? karena itu yang aku rasa.
bahwa dia, terlepas dari segala kejahatan yang aku lakukan, mungkin memang tidak benar untukmu.
mungkin memang seharusnya orang lain yang membina, bukan kau.
mungkin ini semua memang takdir.
segala yang kupikir rancu, nyatanya tidak begitu.
hingar-bingar dalam dadaku ini,
tak tahu lagi harus kubawa kemana, kalau tidak kesini.
-November 21, 2016.
No comments:
Post a Comment