Wednesday, January 11, 2017

sang putri dan pemuda

ribuan bintang yang berkelana di angkasa, tak tahu lagi harus berjalan ke arah mana. rumah mereka sungguh luas, membentang dari utara menuju selatan, membelah barat dan timur, tak ada batasan.

***

sang putri menepikan kudanya di depan satu-satunya gubuk yang ada di dalam hutan tersebut. dibiarkannya kudanya berjalan mengelilingi sekitar gubuk tersebut, mencari dedaunan yang dapat ia makan.
"permisi," suaranya mengalun merdu, mengiringi suara ketukan tangannya di pintu.
dari dalam terdengar suara tergopoh-gopoh menuju pintu. pintu gubuk yang reot itu terbuka, menampilkan seorang pemuda berumur dua puluhan, dengan pakaian dan celana dari karung jerami, serta topi yang dirangkai dari serat-serat daun sulir.
pemuda itu memandangnya heran, sekaligus takjub. baru pertama kali ini dia melihat seseorang yang begitu rupawan dan mempesona. mungkin seperti ini wajah bidadari surga.
"dengan segala hormat, duhai putri yang sangat jelita. ada apa gerangan seorang yang sangat bermartabat seperti anda datang ke gubuk derita milik rakyat jelata seperti saya?"
sang putri tersenyum mendengarnya.
"wahai engkau pemuda yang sangat bersahaja, ikutlah denganku ke istana. ayahku, rajamu dan seluruh kerajaan disini, sakit keras sudah sejak lama. berbagai macam obat dan ramuan-ramuan telah diberikan oleh para tabib dan penyembuh dari seluruh kerajaan. namun, tak ada satupun yang benar-benar membuatnya terbangun."
kuda sang putri menghampirinya, menyodorkan wajahnya untuk dielus, seakan dia ikut merasakan penderitaan majikannya. "aku dengar dari bisik-bisik yang beredar, kau adalah seorang tabib handal, berbagai penyakit telah kau sembuhkan. ikutlah denganku, sembuhkan ayahku."
mendengar hal tersebut, pemuda itu langsung menjadi congak. dia tahu bahwa putri dan kerajaan membutuhkannya.
"aku akan ikut denganmu putri," pemuda itu ikut mengelus kuda sang putri. "dengan satu syarat: menikahlah denganku bila aku dapat membangunkan dan membuat ayahmu kembali pulih."
sang putri kaget mendengar syarat yang diajukan pemuda itu.
"tidak kah kau ingin harta dan kekayaan yang melimpah? aku dapat memberimu berapa banyak harta yang kau mau. tanah, emas, binatang ternak, perkebunan, apapun itu!"
pemuda itu tersenyum mendengarnya. ia mengangkat dagu sang putri seraya berkata,
""menikahlah denganku, dan hidup bersamaku di sini. di gubuk derita ini, sebagai rakyat jelata."

***
dan para bintang itu pun membagi dirinya menjadi berkelompok, bernaung dalam rasi-rasi indah yang dianggap manusia membawa cerita.

No comments:

Post a Comment