ketika kalimat tersebut terbaring di dalam kereta,
aku tahu harusnya aku berdusta saja.
angin-angin senja bertiupan saling berbisik. menghantarkan keheningan menjadi kicauan burung pipit.
"aku tidak seharusnya pergi," katanya menatapku gelisah.
tanganku masih kugenggam rapat dalam jemarinya.
"memang." mataku berubah sayu, menerka waktu yang tak akan dapat dirayu.
"tidak..." suaranya masih bergetar, mengingatkanku pada dendang berita malam.
"lalu untuk apa kau terdiam disana, bila tak akan pergi juga?"
No comments:
Post a Comment