Friday, June 26, 2015

Bintang-bintang Bersenandung

We met, we talked, we clicked.
Itu harapan semua orang saat memikirkan pasangan hidupnya di masa depan. Semua orang bebas berharap, mimpi disebar sebanyak-banyaknya dan sebebas-bebasnya di dunia ini untuk dipikirkan, dikejar --angan. Kemudian kita sadar bahwa kita hidup dalam realitas, dimana banyak hal yang melintang diantara diri kita dan mimpi-mimpi tersebut. Yak, buatlah ekspektasi setinggi-tingginya! Karena realitas akan berkata:
We met, we talked, we ran away. Or they ran away. Or we're hiding. Or they're hiding.
Begitu selanjutnya sampai kita menyentuh mimpi baru untuk digapai.
Ayah pernah berkata padaku, dibawah langit mendung ibukota, saat malam pergantian tahun dan kami sedang menunggu parade kembang api dari atas loteng rumah kami,"bintang adalah jajaran mimpi-mimpi setiap orang yang ada di dunia ini. Itu sebabnya jumlahnya tidak terbatas, bahkan saat mendung seperti sekarang pun, mereka tetap ada di atas kepala kita."
Kalimat tersebut membiusku selama bertahun-tahun, aku percaya bahwa semua mimpiku adalah bintang-bintang. Kemudian suatu malam setelah mengetahui bahwa ayahku akan menikahi perempuan lain, aku sadar; bahwa bintang juga jatuh, jatuh secara harfiah. Mereka menjadi bintang jatuh dan berubah jadi serbuk-serbuk debu yang bahkan kepergiannya justru diharapkan oleh manusia-manusia yang membangun mimpi-mimpinya pada bintang tersebut. Malam itu aku menangis di sudut kamarku yang penuh debu, sampai paginya aku dilarikan ke Rumah Sakit karena setelah 7 tahun, asmaku kumat kembali.
Sejak itu aku tidak percaya lagi pada bintang-bintang. Mereka bersembunyi dalam kegelapan malam, sesekali muncul bahkan saat bulan tertutup awan, menampakkan diri seolah-olah merekalah satu-satunya penerang di langit, seolah mereka adalah berlian pada kain satin hitam yang mahal. Padahal mereka cuma penipu, penipu yang bisa jatuh kapanpun. Penipu yang menyeringai dari balik kegelapan dan tersenyum ketika berpendar.

Bintang-bintang bersenandung
Terpaut cerah menerpa mendung
Insanku hilang menembus relung
Oh, kemudian dia pergi, terbang seperti burung 

Beberapa tahun setelah Ayah dan Bunda berpisah, aku bahkan tidak tahu bahwa aku bisa memanggil Ayah tanpa Bunda, dan Bunda tanpa Ayah. Bunda memasuki kamarku, setelah seharian menyangkal ingatan tentang ayah dengan bekerja terus menerus, memperhatikanku sedang menyusun buku-buku lamaku di lemari.
"Nilai kamu turun.." kemudian ia duduk bersila di sebelahku. Aku sadar, tidak peduli seberapa dekatnya tubuh kami bersebelahan, bunda tidak pernah berada utuh di dekatku. Sebagian dari bunda telah pergi bersama harapannya dengan ayah.
"Setiap manusia ada naik turunnya, Bun."
Bunda mengusap belakang kepalaku. Tangannya seperti berusaha menyatukan sel-sel otakku yang mungkin menurutnya sedang terbelah-belah. Aku dapat mencium wangi bunda seperti terakhir kali dia mencium keningku sebelum tidur. Terakhir kali yang entah kapan.
Memikirkan semua gerakan bunda membuat ingatanku bangkit kembali seperti virus. Semua memori ketika aku masih merasa memiliki ayah dan bunda seutuhnya, semua hal yang membuatku tersenyum bahkan diantara mimpi burukku, semua hal yang berhubungan dengan bintang-bintang...
"Kamu harus bercita-cita setinggi mungkin...biar kalau jatuh, seenggaknya masih jatuh di atas bulan atau bintang."
Lampu-lampu kecil di kamarku berpendar seakan mengejekku, bahwa mereka terlihat seperti bintang-bintang. Aku mengetuk-ketuk dinding kamar, ingin mendapat balasan, entah dari siapapun, supaya aku tidak merasa sendirian disini.
Setelah bertahun-tahun melupakan bintang-bintang, melupakan semua hal yang berhubungan dengan ayah dan bunda, yang membuatku selalu merasa sendirian dalam kegelapan. Bunda, dengan segala kelembutan dan harapannya, menusukkan bintang-bintang terakhir dalam hatiku, yang membuatku sadar: tidak ada bintang yang bisa kuraih. Mereka terlalu tinggi, terlalu jauh diatas sana. Menunggu kita dengan ekspektasi sia-sia, padahal mereka tahu bahwa mereka hanya kawin dengan realita.

Bintang-bintang berpendar
Dalam gelap malam memancar
Kemudian hilang berpencar
Menemukan diri sedang tersebar


Wednesday, June 10, 2015

Angel

I made this for an angel that has returned to heaven.

Delapan angan tertiup jauh
Menembus dalam kelamnya peluh
Angin hitam bertiup merdu
Mengundang malam datang beradu

"Ssst.." kata Ibu
Tidurlah, menembus kalbu
Yang tersayang tak akan hilang
Walau masa telah menjelang

"Sayang.." mereka bilang
Tidurlah, malam telah datang
Lalu cinta hadir ketika pergi
Menunggu pagi bersama mimpi

Sanubari gundah gulana
Mungkin sukma telah merana
Melihat cinta indah jelita
Tak lagi dapat mengundang cita

Delapan angan terbang melayang
Menembus langit tiada terang
Mengajak bintang yang hilang jalan
Untuk kembali ke peraduan

Kemudian malam pun berkata:
Sudah lama aku menderita
Melukai duka tanpa bahagia
Sekarang waktunya malaikat pergi
Terlalu indah di bumi ini

H,2015.

Tuesday, June 9, 2015

Waking up while asleep

I lie on my bed and open my eyes
The room ceiling greet me so nice
And the mildew that it has raised
Has become bigger, not normal size

I spin around and see the windows
The dusty dust, has become kilos
And what is it, a dirty fellows?
Has 8 foot on each, a black widows?!

I think I might have losing my mind
The upcoming world would send a sign
And from beginning I wasn't kind
Have I really losing my mind?

So I stare alone in the middle of the night
Seeing something without any flash of light
Kind of dreaming if I was right
No it wasn't dream, it was a fight

The raindrops sounds really noisy
Like a tux man seems so busy
I try to whistle, not too loudly
Oh look at him, catch the hurry

I'm a loner, among lonely
Try to whisper something silly
Close it! Said myself to me
I wont. Said the thing to me


Monday, June 8, 2015

Compare

I have my life on the basic
Keep thinking like it is classic
Being nice because it's fantastic
Knowing that everyone is plastic

Rolling, rolling, said the neighbor
Hold up your soul, said the sailor
What size are we, said the tailor
Long time no see, said the bachelor

Oh, I forget how nice you were
Since we met, the day you took a shower
Can you believe we're talking for hour?
Like how do sugar become so sour?

Singing, singing, said the dancer
Don't lose your mind, said the keeper
I'm a howler, said the mother
See my beauty, said the flower

Maybe I wasn't a barbie
Like I am, it isn't wasn't
Look at she, so unbelievable
A beautiful, princess's dreams

Sunday, June 7, 2015

Loveable

Darling darling darling
Have you seen what your ears bring
An enormous beautiful ring
It makes you fly, even without wings

Darling darling darling
What are you recently thinking
By the time you have been dreaming
A wild sea, the waves are screaming

I'm holding up the roses you got
The paper you cut, thrown in half
The ink disappear, not wanting any fear
Almost crumble, shades in water

Darling darling darling
Have you heard your eyes been talking
A pleasant, but still disgusting
Come closer, my tiny little thing.

H,2015.



Dear Friends

Dear, dear friends
Or sometimes I called you my fans
But I admit that I'm too, your fans

It's been years since we've been in this space
Living unhappy with a smiley face
Burried the tears for just in case
Telling a no for a complete yes

One time I tell myself
To not calling people my best
Cause anything that have been best
Would become worst for the rest

Tonight I recall my memories
How come we made stories
Or how you wipe my worries
It turned out you're sweet as strawberries

We may have decades to build a century
We may meet many people to be our story
But the greatest decades don't come in hurry
Like all people we love slowly

H,2015.





Wednesday, June 3, 2015

Kamu, dari A sampai Z

Andai saat itu ketika kamu tersenyum, dapat kusimpan untuk diriku sendiri tanpa kubagi dengan yang lain. Namun dunia bukan milikku, bahkan bukan milik kita. Hatiku pun terlalu egois untuk membaginya dengan otakku. Seolah senyummu hanya dapat kurasa, bukan kuingat.
Bila dapat kuputar waktu, mungkin akan tetap kubiarkan berlalu. Karena kebodohanku membuatku ingin tahu apalagi yang dapat kurasakan darimu.
Cantik, bukan itu definisiku. Aku bagaikan duri dalam bunga, biji dalam buah. Berguna tapi tidak diharapkan. Apa kamu bahkan ingat wajahku?
Dusta yang selalu kuumbar saat berada di dekatmu: seolah tidak peduli dengan keberadaanmu. Seolah tidak sadar dengan keabsenan kamu. Semua itu dusta! Aku bahkan sadar saat jam tanganmu tidak ada.
Entah untuk berapa lama semua itu kupendam. Diriku sendiripun bertanya-tanya, bagaimana bisa menahan rasa selama itu? Bagaimana bisa berdiri walaupun tahu nantinya akan pergi?
Film-film romantis yang kutonton semua membuatku muak. Tidak ada kisah dongeng dalam dunia nyata.
Gelisahku saat tahu kamu mendekati temanku, masih terbayang jelas dalam pikiranku. Bahkan aku masih bisa merasakannya. Dari semuanya yang kamu dekati, aku sama sekali tidak masuk daftarmu?
Haha. Hilangkan saja aku dari dunia.
Ingin rasanya kukeluarkan semua perasaan ini, dan kulemparkan ke wajahmu sampai kau terjengkang ke belakang. Biar kamu tahu bagaimana sakitnya.
Jatuh hati. Sekarang aku tahu mengapa dikatakan demikian. Hatimu terjatuh di hati seseorang, namun dia tidak memberikan hatinya sebagai balasan. Kemudian hatimu terluka. Jatuh membuatmu terluka.
Kasihan.
Lama sekali kupulihkan luka ini. Bahkan sekarang pun aku tak tahu bagaimana kondisi lukaku ini. Entah masih basah atau sudah kering.
Matakupun sudah lelah mengeluarkan air yang membuatnya bengkak. Ada kalanya aku merasa seperti keran air.
Nanti pasti aku bisa...lepas dari semua ini.
Orang bilang cinta itu indah, seolah mereka lupa ini dunia nyata.
Pertama-tama, aku harus menyeimbangkan pikiran dan perasaanku. Agar tidak ada lagi diantara keduanya yang terluka.
Quotes tentang cinta kutelan bulat-bulat hingga membuatku muntah air mata. Sedikit menyadarkanku bahwa aku hidup dalam realita.
Renungkan aku sekali saja dalam pikiranmu? Tentu saja tidak.
Sudah, sudah, sudah. Sudahi semua ini, kataku pada diriku.
Terlanjur memang, tapi mau bagaimana lagi? Mulai sekarang, aku harus lebih mengedepankan logika.
Untuk apa mencintai bila tidak dicintai?
Virtual: (secara) nyata (adjektiva). ; bukan aku dan kamu.
Waktu akan terus berlalu, perlahan akan kurelakan wajahmu.
X. Aku bagimu seperti x dalam alfabet Bahasa Indonesia. Ada, tapi tak ada.
Yang....mungkin tidak akan pernah kudengar darimu.
Zat. Kita ini adalah zat-zat. Dua insan yang berbeda, namun dari zat yang sama. Namun sekaranglah aku harus sadar, bahwa tidak peduli seberapa dekatnya kita, kita memang tidak untuk bersama. Aku adalah aku, yang akan selalu melihat kamu sebagai kamu.