Friday, April 22, 2016

dapatkah kubeli senyummu dengan sebait rindu?
aku ingin mengalir bersama riak air
menuju muara tak berbuih
yang batasnya fana belaka

menuju oasis terindah
di tengah-tengah padang surga


aku ingin menjadi garam
yang hanyut bersama air
tenggelam dalam ingatan

yang tertinggal hanya rasa
diantara jaring tak bernama

Tuesday, April 19, 2016

tapi
bukankah kita memang tidak pernah bertemu sebelumnya?
lantas mengapa kita memaksa berjumpa kemudian?

milyaran bintang berbisik diatas sana
saat kau mengeluarkan kata-kata cinta
mereka bahkan memandang iri
saat cincin itu kau pasang di jari

memang kau pikir aku ini apa?
aku mungkin hanya sebatang kara
namun aku lebih tangguh dari baja.








tak butuh aku senyum palsumu itu.
"tenang saja," angin berkata kepada api, "aku akan membuat kepergianmu tanpa rasa."
api memandangnya hampa.
"atau kita bisa mengubah dunia menjadi derita."

dan ketika itulah, jutaan mata memandang cahaya kemerahan yang berkobar.
lantas
apa yang membuatmu mempertanyakan kehidupan?
bukankah kau sudah tau bahwa ia akan membawa kita pada kekasihnya;
kematian?

pena

mungkin bagi sebagian orang, pena hanyalah sejumlah tinta berbalut plastik. 
sedikit demi sedikit terurai dalam buaian kertas putih, lupa bahwa dirinya bisa habis juga. torehan demi torehan dibuatnya, tanpa tujuan yang jelas, hanya supaya kertas tersebut menghitam.
mulai dari perlahan, hingga keras tekanannya. sampai kertas itu sobek pun, penanya masih berjalan.
mungkin dia memang tidak cukup berada di dunia yang sepi ini.
dia butuh ribuan kertas lainnya untuk dinodai.
hingga ia lupa bahwa dirinya akan binasa juga.