Wednesday, February 20, 2019

Hujan

Ternyata, pelangi dan awan mendung adalah saudara kandung.
"Tidak!" teriak Jelita. Air mata mengambang di bola matanya. Tangannya mencengkeram erat lengan bajuku, kerahnya hampir turun ke dada.
"Aku bilang bohong pun kamu tahu aku tidak sedang berbohong." Ku genggam tangannya, dingin. Kukunya pucat, serupa warna bibirnya. Kantung hitam menggantung di bawah matanya. Penampilannya berbalik 180 derajat dengan namanya.
"Tapi...tapi kemarin kakak bilang pelangi akan muncul setelah awan mendung pergi!" Tubuhnya terduduk, seolah kakinya tak sanggup menerima kenyataan yang baru saja kusampaikan. "Jika begitu...sampai mati pun mereka tidak akan pernah bertemu.. Pelangi dan awan mendung...huhuhu.."
"Kamu tahu siapa yang akan mempertemukan mereka?" Jelita menengadahkan kepalanya yang basah oleh ingus. "Hujan, Jelita."