Wednesday, December 28, 2016

detak jantung yang menggebu
menahanku
untuk berkata rindu
dan semua kata-kata indah
yang harusnya mengalir dari bibir
semua tertahan
jeda
dalam diam.

kadang aku merasa,
seharusnya memang aku bicara
agar kau tahu
betapa berharganya
seluruh waktu yang kau beri untukku.

seluruh canda dan tawa
semua cerita kau dan aku
serta kisah kita berdua:
diantara lampu-lampu jalan
dan debu-debu asap kendaraan
di selingan pepohonan
di tengah malam dalam restoran,
suara kita berlomba
melontarkan emosi nyata,
antara kita.
hanya kita berdua.

di tengah bisingnya dunia,



Thursday, December 22, 2016

Selamat hari Ibu

people come and go
then only left their shadow.
but mother,
you always stay,
forever.
i love you.
more than anything.
thank you,
for everything.
you're the best gift
i often forget to be grateful.
i love you.

Tuesday, December 20, 2016

cinderella

gadis lugu, mulut membisu.
di sudut ruang penuh debu,
bersenandung dengan sapu.
tak ada hati yang tak suci,
tak ada cinta yang tak murni.
malam datang bersama bintang,
taburkan cerita penuh harapan.
detak jantung berdebar-debar,
membawa sepatu kaca penuh dilema.
diselingi canda dan tawa,
hadir jelita dalam pesta.
tak ada yang dapat berkedip,
semua memandangnya terpana.
butuh satu dekapan saja,
untuk mereka jatuh cinta.
kemudian waktu berayun,
membawa tragedi yang mengalun.
dua belas denting tersisa,
sebelum ia kembali ke realita.
sudah kukatakan dari pertama,
sepatu kaca itu penuh dilema.


terinspirasi dari cinderella - sylvia plath.

Wednesday, December 14, 2016

Tuesday, December 6, 2016

saat kita tertawa, suaramu menggema bagai ratusan kicau burung yang menjadi satu.
ribut, tak beraturan, dan indah.
ku rasakan mataku membesar, tawaku melebar. seiring berjalannya waktu, aku tertatih-tatih mencari tawamu itu.
"dimana?" teriakku, diantara mawar-mawar yang kelabu.
setitik air turun dari mataku, tanda kelemahan yang makin menyerbu.
"dimana?" rintihku kali ini. desir angin meniupkan kegelisahan, membangunkan segala cemas yang ada dalam benakku.
ketika ku ingat dalam relung jiwaku yang paling dalam, disanalah tawamu berada. jauh, jauh di dalam. di tempat yang paling dekat, namun paling jauh dariku.
dan disana, kulihat tanganmu menggapaiku. namun tawamu tak seperti dulu.
dan disinilah aku berada, tersadar akan realita bahwa: walaupun tawamu tak seindah dulu, hangatmu tak akan pernah membeku.
datang, datang
bersama mimpi
dan angan yang terbelenggu
robek tak pasti
biarkan mengalir
menjadi debu

Thursday, December 1, 2016

pada suatu sore,
hiduplah seorang penguasa bernama Waktu.
Tuan Waktu menghabiskan sorenya dengan meminum teh dan menikmati kue yang sangat lezat, yang dibuat oleh kedua kokinya, Tawa dan Air mata. kue tersebut adalah kue kenangan.
kue kenangan terdiri atas buliran potongan jiwa dari koki Air mata, serta gema suara koki Tawa. diaduk sedemikian rupa dengan sendu dan gurau, dan disajikan dalam piring penuh emosi.
Tuan Waktu menatap kebunnya yang indah, dengan mawar berbagai warna: merah, kuning, putih, biru, violet, jingga, hijau. Sesekali sambil menyeruput tehnya, ia menggigit kue kenangan yang rasanya mengingatkan akan masa kecil. Remah-remah kenangan bertaburan di atas kerah sang Waktu, sebelum akhirnya dikibaskan hingga jatuh: terlupakan dan tergantikan.




Halo, Desember.